Wednesday 1 July 2015

Bikin video musik vulgar, penari perut ini dipenjara setahun


Perempuan penari perut asal Mesir bernama Reda el-Fouly divonis hukuman penjara setahun lantaran video musik yang dia buat menampilkan adegan terlalu vulgar.

Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Selasa (29/6), Reda ditangkap dan didakwa merangsang nafsu syahwat setelah video musiknya berjudul Sib Eddi atau "Jangan Sentuh" diunggah ke situs YouTube dan menyebar hingga sudah dilihat satu juta kali.

Jaksa di pengadilan menyatakan video itu merusak moral. Kekasih Reda dan sutradara video musik Wael Elsedeki kabur dari Mesir sebelum sempat ditangkap. Tapi mereka juga divonis hukuman setahun penjara secara in absentia.

Meski di video itu Reda tidak bugil namun dia memakai baju seksi ketat yang memperlihatkan belahan dada rendah dan rok mini.

Dia beberapa kali mengoyang-goyangkan dadanya di depan kamera dalam jarak dekat. Dalam lirik lagu di video musik itu Reda menceritakan tentang pelecehan seksual terhadap seorang perempuan di dalam bus tapi kemudian dia malah menikmati pelecehan itu.

Kisah Titin Sumarni, artis tercantik yang berakhir menyedihkan



Mendengar nama Titin Sumarni, mungkin asing di telinga sebagian orang khususnya anak muda. Namun bagi para pecinta film lawas tanah air nama Titin Sumarni pernah memikat hati mereka dengan film-film yang dibintanginya. 
Ya, Titin Sumarni pernah menghiasi dunia perfilman Indonesia pada tahun 1950an. Wanita dengan ciri khas tahi lalat di bibirnya tersebut lahir di Surabaya 28 Desember 1930. Semasa hidupnya, Titin Sumarni pernah menjadi bintang film terkenal yang kepopulerannya sempat mengalahkan artis-artis tahun 50an seperti Netty Herawati, Elya Rossa dan lain-lain. Banyak yang jadi fans beratnya antara lain Bung Karno. Titin Sumarni bahkan disebut sebagai artis tercantik Indonesia pada masa jayanya.
Titin Sumarni adalah keturunan Sumedang yang dilahirkan di Surabaya, debut pertama dalam perfilman dimulai tahun 1953 dengan judul 'Putri Solo' yang produksi perusahaan film Bintang Surabaya, dilanjutkan dengan beberapa film lainnya yang sempat menjadi 'box office' pada masa itu. Penampilan perdananya tersebut berhasil memikat banyak penonton yang membuat namanya langsung meroket dalam jajaran artis papan atas Indonesia. 

Kesuksesannya di dunia perfilman tidak dibarengi dengan kisah rumah tangganya yang berantakan. Seperti tertulis dalam buku karangan Lingga Wisjnu berjudul Rahasia hidup R.A. Titin Sumarni, pada awal ketenarannya dia bercerai dari Mustari, suami pertamanya yang seorang pegawai negeri biasa.
Kemudian dia menikah dengan Saerang, seorang pengusaha kaya dari Sulawesi Utara.
Film terakhir Titin berjudul 'Janjiku' yang tayang pada tahun 1956, setelah itu dia menghilang dari perfilman. Pada tahun 1966 tiba-tiba dia dikabarkan menderita sakit keras oleh wartawan. Tidak hanya itu, setelah kembali menjadi janda hidupnya sangat melarat dan tidak memiliki biaya untuk berobat. 

Terbaring tak berdaya dia mengandalkan belas kasihan orang. Dulu sebagai aktris terkenal dengan kekayaannya, mobil lebih dari satu, beberapa bangunan rumah, tapi sesudahnya dia hanya memiliki beberapa lembar pakaian yang sudah lusuh.
Penyakit yang sudah dideritanya bertahun-tahun tersebut akhirnya merenggut nyawanya pada 15 Mei 1966 dalam usia 35 tahun. Hal tersebut seharusnya dapat menjadi contoh bagi artis-artis masa kini bahwa penghasilan dari buah ketenaran tersebut seharusnya digunakan dengan bijaksana. 
Lingga Wisjnu dalam pengantar bukunya menulis, “dan ia pula menjadi bintang pertama dan hendaknya bintang terakhir kita yang diracun orang dengki dan jahil, dengan niat menghabiskan nyawanya.”

Ingat 'Si Kentung' film Tuyul & Mbak Yul? Kisahnya sungguh tragis



Jika kamu pernah menonton sinetron Tuyul dan Mbak Yul, kamu pasti mengenal salah satu karakter bernama Si Kentung, jin paling tambun dalam sinetron tersebut. Lama tidak muncul di layar kaca, Bambang Triyono, pemeran Si Kentung menjalani kehidupan dalam kondisi terpuruk dan benar-benar miskin.

Hal itu diungkapkan oleh seorang pegawai Dinas Sosial DIY, Feriawan Agung Nugroho yang menyaksikan sendiri kondisi Bambang. Saat hendak bertugas untuk menyambangi lansia, Feri kaget bukan kepalang ketika melihat calon 'pasien'nya itu adalah mantan artis yang pernah tenar di era 90-an.
'Si Kentung' sempat tinggal di salah satu kamar kos-kosan di RT 5 RW 15, Ngangkruk, Sardonoharjo, Sleman, Yogyakarta. "Saya ke sana diantar oleh salah seorang relawan dari Forkom Lanjut Usia. Satu kamar yang menjadi terkesan sempit ukuran 3x4, sedikit bau tak sedap, saya benar-benar bertemu Bambang Triyono, pemeran Kentung," tulis Feri.
Kondisi Kentung, menurut Feri, sangatlah memprihatinkan. Dia tak sanggup lagi berdiri. Untuk berpindah saja, Kentung harus bersusah payah dengan menggelundungkan badan. Selama 3 bulan, Bambang alias Si Kentung menghuni kos tersebut yang dibiayai oleh para relawan.
Berdasarkan cerita Kentung yang didengar Feri, kondisi yang dialaminya saat ini tidak lain karena kebiasaan berfoya-foya di masa lalu. "Ibaratkan saat ini, sehari mengeruk lima juta rupiah atau bahkan lebih, sudah biasa. Sayang, bahwa rupiah yang mengalir ke kantongnya seolah tanpa berkah. Sehari dia mendapat uang, sehari itu pun uang bisa habis tanpa sisa," imbuhnya.
Kondisi tersebut semakin parah saat Bambang mengalami kelumpuhan. Tahun 2010, dia tak lagi mampu beraktivitas secara normal. Badai kehidupan terus menerpa hidupnya, Setahun kemudian, istri Bambang menggugat cerai dirinya. Alhasil, dia pun semakin frustasi dan terpuruk. Si Kentung yang dulu berlimpah harta harus menggelandang demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Ketika seseorang sudah terpuruk seperti dia, ibarat sampah, jangankan ditolong, semisal ketemu di jalan, menoleh pun tidak. Diusir dari satu tempat ke tempat lain, akhirnya dia ditemukan kader lansia dan ditempatkan di kost sederhana ini. Makan apa adanya, kalaupun sehari hanya bisa masuk tiga sendok nasi, itu sudah alhamdulillah," kata Feri.
Sedangkan anaknya hanya sesekali mengunjunginya. Anaknya pun tak mampu berbuat banyak karena penghasilan sebagai tukang cuci piring yang tidak seberapa. "Sekarang, dia mengharap kami dari pemerintah untuk mengulurkan tangan kepadanya," kata dia.
Kisah ini ditulis Feri pada Desember 2014 silam. Namun, cerita hidup Bambang Triyono kembali menghebohkan netizen di situs komunitas Kaskus pada hari Minggu (28/6). Menurut penuturan Feri, Bambang saat ini sudah meninggal karena penyakit yang dideritanya. "Pada tanggal 27 Februari, saya mendapat kabar beliau meninggal dunia dan dibawa di Rumah Sakit Bethesda," kata Feri.

Semoga kisah hidupnya bisa menjadi pelajaran untuk kita semua.

Kisah Om Jin, pemeran Jin dan Jun, hidup sengsara di ujung karir



Industri hiburan tanah air, khususnya dunia sinetron telah banyak melahirkan nama-nama besar. Salah satunya M Amin, pria yang dikenal berkat perannya sebagai jin dalam sinetron 'Jin dan Jun' yang ditayangkan di stasiun televisi RCTI pada tahun 1996.

Namun siapa sangka, di penghujung karirnya, nama pria keturunan Pakistan ini dilupakan begitu saja. Bahkan kabar kematiannya, pada 2013 silam luput dari pemberitaan media massa.

Sebelum meninggal dunia, M Amin diketahui tinggal di kawasan Rawa Belong, Kebon Jeruk,Jakarta Barat. Amin tinggal di sebuah rumah, yang ditempatinya setelah dirinya tidak membintangi tokoh Om Jin.

"Owh, dia mah tinggal di sini pas sudah ga main jadi Om Jin lagi. Pas dia meninggal, rumahnya juga sudah dijual," kata tetangga Amin, Aas, saat ditemui merdeka.com di kawasan tempat tinggal Om Jin, Senin (29/6).

Aas menambahkan, setelah tidak membintangi sinetron 'Jin dan Jun', Amin tidak lagi mempunyai pekerjaan tetap. Setiap hari, Amin hanya 'sibuk' berkeliling sekitar kawasan Rawa Belong.

"Kerjaannya gitu, jalan ke sana sini. Kadang saya juga kasihan lihatnya," ujar wanita tua tersebut.

Sinetron yang juga melambungkan nama Syahrul Gunawan ini sempat booming sepanjang tahun 1996 hingga 2001. Sinetron 'Jin dan Jun' ditayangkan di RCTI pada 1996 hingga 2001. Pada 2003, TPI (kini MNC TV) kembali menayangkan sinetron yang diproduksi oleh Multivision Plus tersebut.

Ken Ken Wiro Sableng, dulu aktor top sekarang jadi petani


Masih ingat Ken Ken pemeran Wiro Sableng? Dia adalah aktor laga yang ngetop pada tahun 90 an. Bagaimana kabarnya sekarang?
Lama tak terdengar, saat ditemui merdeka.com, Rabu (1/7) Ken Ken pemeran Wiro Sableng ternyata sudah 'banting setir'. Dia sekarang menjadi petani sayur mayur di sebuah dusun terpencil di wilayah Cimande, Caringin, Bogor.
Pertama kali bertemu tak menyangka dia adalah sosok Ken Ken yang dulu adala artis laga top. Pakaiannya biasa saja layaknya petani sayur pada umumnya. Wajahnya sudah mulai menua dan gendut meski usianya sekarang masih 45 tahun.
Wajah artis sudah tak terlihat. Apalagi sekarang Ken Ken memelihara kumis, praktis sekilas sulit mengenali kalau dia adalah seorang Wiro Sableng.
Sehari-hari Ken Ken pergi ke kebun. Menanam cabai dan sayur mayur. Hasil panen digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Ken juga menjual pupuk kepada sesama petani. Sisa-sisa popularitas dan hidup mewah sebagai artis sudah tak tampak lagi, kehidupannya dihabiskan untuk bercocok tanam. "Saya lebih menikmati sebagai petani dan back to nature (balik ke alam) hidup seadanya, belum kepikiran untuk "turun gunung" main film lagi," kata Ken.
Meski tinggal di desa dengan rumah sangat sederhana, Ken mengaku sudah bahagia. "Tenang di sini," ujarnya.
Padahal Ken dulu seorang aktor hebat yang dikenal dengan senjata kapaknya atau pendekar 212. Sosok Wiro Sableng di layar kaca berkepribadian jenaka namun jago bela diri. Ilmu yang diberikan oleh gurunya digunakan untuk membela orang tertindas.
Nama lengkap Ken adalah Herning Sukendro atau biasa dipanggil Ken Ken. Pria kelahiran asal Madiun itu karirnya memuncak setelah berperan utama dalam Wiro Sableng pada tahun 1995. Anggota perkumpulan silat Setia Hati Teratai ini sudah banyak main film layar lebar di antaranya film Prabu Anglingdarma pada tahun 1990. Ken Ken juga pernah main sinetron di beberapa peran pembantu sebelum namanya melejit terkenal sebagai peran utama yakni Pendekar Kapak 212 Wiro Sableng. Bahkan Dia sempat mendirikan rumah produksi film dan berhasil menelurkan beberapa film di antaranya Seruling Sakti. Pada peran utama sebagai Wiro Sableng Dia mendapatkan piala aktor komedi terbaik.